PRAKARYA KELAS 8 " PENGOLAHAN BAHAN PANGAN SETENGAH JADI DARI BAHAN SEREALIA, KACANG-KACANGAN, DAN UMBI-UMBIAN MENJADI MAKANAN KHAS DAERAH SETEMPAT"
A. PENGERTIAN
Pada pembelajaran kali ini kamu
akan mempelajari pengolahan bahan pangan setengah jadi dari serealia, kacang-kacangan, dan umbi menjadi
makanan khas daerah setempat. Untuk itu, perlu kiranya diulas kembali
pengetahuan semester satu, seperti apa yang dimaksud dengan pengolahan bahan
pangan, apa itu serealia, umbi, dan olahan pangan setengah jadi sebagai berikut:
- Pengolahan Bahan Pangan adalah suatu kegiatan mengubah bahan mentah menjadi bahan makanan siap dikonsumsi atau menjadi bahan setengah jadi dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan memperpanjang masa simpan bahan pangan.
- Serealia adalah jenis tumbuhan golongan tanaman padi/padian/ rumput/rumputan (Gramineae) yang dibudidayakan untuk menghasilkan bulir-bulir berisi biji-bijian sebagai sumber karbohidrat/pati.
- Umbi adalah organ tumbuhan yang mengalami perubahan ukuran dan bentuk (pembengkakan) sebagai akibat perubahan fungsinya. Organ yang membentuk umbi terutama batang, akar, atau modifikasinya.
- Olahan Bahan Pangan Setengah Jadi sering disebut juga sebagai ‘Produk Pangan Primer’ adalah mengolah bahan baku pangan dengan proses pengawetan, baik pengawetan secara kimia, fisika ataupun mikrobiologi, menjadi aneka ragam olahan pangan setengah jadi, yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pangan. Bahan pangan setengah jadi memiliki nilai ekonomi lebih tinggi, karena dapat memiliki umur simpan yang lebih panjang dan dapat diolah secara cepat sesuai kebutuhan.
- Bahan Pangan Setengah Jadi adalah bahan pangan mentah yang telah mengalami pengolahan dengan cara pengawetan sehingga memiliki kualitas yang meningkat dan masa simpan yang lebih lama.
- Pengolahan Bahan Pangan Setengah Jadi dari Serealia, Kacang-Kacangan, Dan Umbi Menjadi Makanan Khas Daerah Setempat adalah mengolah produk pangan primer (bahan pangan setengah jadi dari bahan serealia, kacang-kacangan, dan umbi) baik yang diproduksi oleh rumah tangga, industri kecil, ataupun industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi menjadi makanan dengan karakteristik budaya setempat.
B. JENIS
Secara umum, mengolah serealia dan umbi menjadi produk olahan pangan setengah jadi akan dihasilkan jenis
produk pangan berbentuk potongan pipih tebal atau tipis (misalnya berbagai jenis
kerupuk), butiran besar (misalnya jagung pipil, biji sorgum, tepung tiwul
instan, dan chip/granula/ sawut lainnya) maupun butiran halus (misalnya
berbagai jenis tepung, baik dari bahan serealia maupun umbi-umbian) dengan
teknik pengeringan. Produk olahan pangan setengah jadi ini berbentuk bahan baku
kering yang selanjutnya menjadi bahan baku olahan industri rumah tangga maupun
industri pabrik. Bahan pangan setengah jadi memiliki nilai ekonomi lebih tinggi
karena dapat memiliki umur simpan yang lebih panjang dan dapat diolah secara
cepat sesuai kebutuhan. Berikut ini akan diuraikan jenis makanan khas Indonesia
yang dihasilkan dari penggunaan bahan baku olahan bahan pangan setengah jadi
dari serealia dan umbi dengan bentuk potongan pipih tebal atau tipis, butiran
besar, dan butiran halus.
1. OLAHAN PANGAN SETENGAH JADI
DENGAN BENTUK PIPIH TEBAL ATAU TIPIS
Produk pangan setengah jadi bentuk pipih tebal atau tipis dari serealia antara lain kerupuk gendar, rengginang, emping jagung, kerupuk bawang, bihun, dan mie. Produk pangan setengah jadi bentuk pipih tebal atau tipis dari umbi antara lain kerupuk tette, keripik singkong, sawut/gaplek ubi jalar, gaplek ubi kayu, dan kentang beku. Produk pangan setengah jadi dari serealia dan umbi dengan bentuk pipih tebal/tipis seperti kerupuk, keripik, dan kentang beku biasanya jika diolah menjadi makanan khas Indonesia digunakan teknik menggoreng dengan menggunakan minyak. Namun untuk bentuk sawut/gaplek ubi jalar maupun ubi kayu/singkong, diolah dengan berbagai teknik, bisa dikukus, direbus, maupun digoreng.
Berikut ini gambar dari olahan pangan setengah jadi bentuk pipih tebal atau tipis dari serealia dan umbi.
2. OLAHAN PANGAN SETENGAH JADI
DENGAN BENTUK BUTIRAN BESAR
Produk pangan setengah jadi dengan bentuk
butiran besar dari bahan serealia adalah beras/beras instan, beras jagung,
jagung pipil kering dan beku, aneka butiran oat, aneka pasta, beras/biji
sorgum. Adapun, produk pangan setengah jadi dengan bentuk butiran besar dari
bahan kacang-kacangan adalah kacang hijau, kacang tanah, dan kacang kedelai.
Sedangkan, produk pangan setengah jadi dengan bentuk butiran besar dari umbi
adalah tiwul instan dan beras singkong. Produk pangan setengah jadi serealia,
dan umbi dengan bentuk beras, beras instan, beras jagung, aneka pasta, aneka
butiran oat, beras/biji sorgum biasanya jika diolah menjadi makanan khas
Indonesia dengan teknik dikukus atau direbus, namun untuk bentuk jagung pipil
kering diolah dengan berbagai teknik dipanaskan maka biji jagung pipil akan
meletus kalau dipanaskan karena mengembangnya uap air dalam biji. Adapun,
jagung pipil beku dapat diolah menjadi berbagai makanan khas Indonesia seperti
sup, gorengan, tumisan, kue dan lain-lain dengan menggunakan berbagai teknik
bisa direbus, maupun digoreng. Sedangkan, produk pangan setengah jadi dari
bahan kacang-kacangan dengan bentuk biji atau butiran seperti kacang hijau,
kacang kedelai, kacang tanah biasanya diolah dengan teknik direbus, digoreng
atau dipanaskan dengan oven.
Berikut ini gambar dari olahan pangan setengah jadi dengan bentuk butiran besar dari serealia, kacang-kacangan, dan umbi.
3. OLAHAN PANGAN SETENGAH JADI
DENGAN BENTUK BUTIRAN HALUS
Produk pangan setengah jadi dengan bentuk butiran halus dari serealia yaitu tepung beras, tepung jagung/maizena, tepung terigu, dan tepung sorgum. Sedangkan, produk pangan setengah jadi dengan bentuk butiran halus dari umbi yaitu tepung ubi jalar, tepung tapioka, tepung talas, dan tepung kentang. Produk pangan setengah jadi serealia, kacang-kacangan, dan umbi dengan aneka ragam jenis tepung biasanya jika diolah menjadi makanan khas Indonesia dapat dengan aneka ragam teknik.
Adapun, aneka ragam tepung dari bahan serealia, kacang-kacangan, dan umbi dapat diolah menjadi berbagai produk makanan khas Indonesia seperti; jenang (Jawa), aneka ragam kue (seperti kue Adee singkong (Meureudu), bolu, lepet (Jawa), donat (Jakarta), brownies (Bandung), dan lain-lain), bakpia (Jawa), es krim, mie, roti, maupun keripik. Berikut ini gambar dari olahan pangan setengah jadi serealia, kacang-kacangan, dan umbi dengan bentuk butiran halus.
Gambar 3. olahan pangan setengah jadi dari serealia, kacang-kacangan, dan umbi dengan bentuk butiran halus yaitu a) kue adee, b) udang goreng tepung, c) chai kue, d) bakpia. sumber: dok. kemdikbud |
C. PENGELOMPOKKAN ZAT GIZI
Makanan dibutuhkan manusia untuk
kelangsungan hidupnya. Makanan yang masuk ke dalam tubuh selain untuk menjaga
kesehatan, digunakan untuk proses pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak,
dan persediaan energi, agar proses-proses biokimiawi dalam tubuh tetap berjalan
sebagaimana mestinya. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan zat gizi
dari makanan dalam jumlah tertentu untuk kelangsungan hidupnya.
Kata gizi berasal dari bahasa
Arab “ghidza” yang artinya makanan. Oleh karena itu, kita harus dapat
membedakan pengertian antara bahan makanan dan zat makanan/zat
gizi/nutrisi. Zat makanan adalah satuan nutrisi yang menyusun bahan
makanan tersebut. Bahan makanan disebut juga komoditas pangan dalam
perdagangan, yaitu bahan-bahan makanan yang dibeli, dimasak, dan disusun
menjadi hidangan. Makanan yang baik dan bergizi menjadi dasar utama bagi
kesehatan. Cukup tidaknya nilai gizi makanan yang dikonsumsi secara kuantitatif
dapat diperkirakan dari nilai energi (kalori) yang dikandungnya. Kalori adalah
satuan unit yang digunakan untuk mengukur nilai energi yang diperoleh tubuh
ketika mengonsumsi makanan/minuman. Ada enam macam zat gizi yang diperlukan
manusia untuk memenuhi kebutuhan tubuh supaya dapat tumbuh dengan baik dan
sehat, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Zat-zat gizi yang dianjurkan menjadi dasar pola makan gizi seimbang.
Berdasarkan kegunaannya bagi
tubuh zat gizi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut.
a. Kelompok Zat Gizi Penghasil
Tenaga (Karbohidrat)
Bahan makanan yang mengandung
karbohidrat antara lain dapat diperoleh dari beras, jagung, gandum, roti, mie,
makaroni, bihun, kentang, singkong, ubi, talas, umbi-umbian, tepung-tepungan,
gula, dan minyak.
b. Kelompok Zat Gizi Pembangun
Sel (Protein)
Protein dapat diperoleh dari
daging, ayam, kelinci, telur, ikan, udang, susu, serta kacang-kacangan dan
hasil olahannya seperti tahu dan tempe.
c. Kelompok Zat Gizi Pengatur
Dalam Jumlah Yang Sesuai Dengan Kebutuhan Tubuh
Zat pengatur banyak terdapat dalam
sayur-sayuran yang berwarna kuning, jingga, dan merah, serta buah-buahan.
D. TEKNIK PENGOLAHAN
Adapun teknik dasar pengolahan bahan
pangan/makanan dibedakan menjadi dua yaitu teknik pengolahan makanan panas
basah (moist heat) dan teknik pengolahan panas kering (dry heat
cooking).
1. TEKNIK PENGOLAHAN MAKANAN
PANAS BASAH (MOIST HEAT)
Teknik pengolahan makanan panas
basah (moist heat) adalah mengolah bahan makanan dengan menggunakan
bahan dasar cairan untuk mematangkannya. Bahan dasar cairan yang digunakan
bervariasi seperti air, kaldu, santan, susu atau bahan lainnya. Suhu cairan
pada teknik pengolahan makanan panas basah tidak pernah lebih dari suhu didih.
Teknik ini mencakup merebus (boiling), merebus cairan menutup bahan
pangan (poaching), merebus dengan sedikit cairan (braising),
menyetup/menggulai (stewing), mendidih (simmering), mengukus (steaming),
dan mengetim.
a. Teknik Merebus (Boiling)
Teknik merebus (boiling) adalah
mengolah bahan makanan dalam cairan yang sudah mendidih. Cairan yang digunakan
berupa air, kaldu, dan susu. Caranya bahan makanan dimasukkan ke dalam cairan
yang masih dingin atau dalam air yang telah panas.
b. Teknik Poaching
Teknik poacing ialah cara
memasak bahan makanan dalam bahan cair sebatas menutupi bahan makanan yang direbus
dengan api kecil di bawah titik didih (92-96 °C). Bahan makanan yang dipoach
ini adalah bahan makanan yang lunak atau lembut dan tidak memerlukan waktu lama
dalam memasaknya seperti telur, ikan, dan buah–buahan. Cairan bisa berupa
kaldu, air yang diberi asam, cuka, dan susu.
c. Teknik Braising
Teknik braising adalah
teknik merebus bahan makanan dengan sedikit cairan, (kira-kira setengah dari
bahan yang akan direbus) dalam panci tertutup dengan api dikecilkan secara
perlahan-lahan. Jenis bahan makanan yang diolah dengan teknik ini biasanya
daging dan sayuran. Efek dari braising ini sama dengan menyetup, yaitu untuk
menghasilkan daging yang lebih lunak dan aroma yang keluar menyatu dengan
cairannya.
d. Teknik Stewing (Menggulai/Menyetup)
Stewing adalah mengolah
bahan makanan yang terlebih dahulu ditumis bumbunya, dan direbus dengan cairan
yang berbumbu dan cairan yang tidak terlalu banyak dengan api sedang. Maksud
dari dimasak dengan api sedang dan dalam waktu yang lama agar aroma dari bahan
masakan daging keluar dengan sempurna. Bahan masakannya biasanya daging, ayam,
dan ikan. Pengolahan dengan teknik ini harus sering diaduk secara hati-hati
agar tidak mudah hancur. Pada proses stewing, cairan yang dipakai yaitu
air, susu, santan, dan kaldu. Contoh makanan yang menggunakan teknik ini antara
lain, opor ayam, gulai kambing, dan gulai ikan.
e. Teknik Mengukus (Steaming)
Teknik mengukus (steaming)
adalah memasak bahan makanan dengan uap air mendidih. Sebelum mengukus
bahan makanan alat pengukus yang sudah berisi air harus dipanaskan terlebih
dahulu hingga mendidih dan mengeluarkan uap, kemudian masukkan bahan makanan
pada steamer atau pengukus. Uap air panas akan mengalir ke sekeliling bahan
makanan yang sedang dikukus. Efek dari teknik ini ialah menjadikan makanan
lebih lunak dan lembut. Nilai gizi bahan makanan tidak banyak yang hilang
karena tidak bersentuhan langsung dengan air. Makanan yang diolah dengan cara
ini yaitu puding, bolu, sayuran, ikan atau ayam.
f. Teknik Simmering
Teknik simmering ini
adalah teknik memasak bahan makanan dengan saus atau bahan cair lainnya yang
dididihkan dahulu baru api dikecilkan di bawah titik didih dan direbus lama, di
mana di permukaannya muncul gelembung–gelembung kecil. Teknik ini biasanya
digunakan untuk membuat kaldu yang mengeluarkan ekstrak dari daging yang
direbus.
g. Teknik Mengetim
Teknik mengetim adalah memasak
bahan makanan dengan menggunakan dua buah panci yang berbeda ukuran di mana
salah satu panci lebih kecil. Cara ini memang memerlukan waktu yang lama,
seperti nasi tim dan cokelat.
2. TEKNIK PENGOLAHAN MAKANAN
PANAS KERING (DRY HEAT COOKING)
Teknik pengolahan panas kering (dry
heat cooking) adalah mengolah makanan tanpa bantuan bahan dasar cairan
untuk mematangkannya. Teknik ini sama sekali tidak menggunakan air dalam proses
pematangannya, tetapi menggunakan minyak (minyak zaitun, minyak kanola)
sehingga suhunya bisa mencapai 180°C. Teknik ini meliputi menggoreng
dengan minyak banyak (deep frying), menggoreng dengan minyak sedikit (shallow
frying), menumis (sauteing), memanggang (baking), membakar (grilling),
dan roasting.
a. Menggoreng dengan Minyak
Banyak (Deep Frying)
Pengertian dari deep frying
adalah memasak bahan makanan dengan menggunakan minyak/lemak yang banyak hingga
bahan makanan benar–benar terendam sehingga memperoleh hasil yang kering (crispy).
Teknik ini dapat digunakan untuk berbagai bahan makanan termasuk daging dan
unggas, ikan, sayur–sayuran, dan buah. Bahan makanan yang dalam keadaan beku
dapat langsung dimasak dengan metode ini. Pada metode kering ini, karena
dipanaskan dalam suhu tinggi, akan terjadi perubahan tekstur, warna, dan
rasanya. Pada proses pengolahan dengan metode deep frying ini beberapa
kandungan gizi akan rusak, tetapi kandungan energinya akan tinggi karena
mengandung lemak. Proses deep frying juga biasanya lebih sedikit kehilangan
kandungan vitamin yang larut dalam air karena dalam proses ini tidak terdapat
air yang melarutkan. Sebagai contoh, keripik kentang lebih banyak mengandung
vitamin C dibandingkan kentang rebus.
b. Menggoreng dengan Minyak
Sedikit (Shallow Frying)
Shallow frying
adalah mengolah bahan makanan atau proses menggoreng yang dilakukan dengan
cepat dalam minyak goreng yang sedikit pada wajan datar. Dalam shallow
frying bahan makanan biasanya hanya satu kali dibalik. Bahan makanan yang
diolah pada shallow frying antara lain fillet ikan, unggas yang lunak
dan dipotong tipis, telur mata sapi, dan telur dadar. Pada shallow frying
panas didapatkan dari pemanasan minyak atau lemak. Dengan teknik ini bahan
makanan tidak akan menjadi terlalu matang, kandungan asam amino yang terdapat
pada bahan makanan tetap, protein sedikit menyusut, dan kehilangan beberapa
jenis vitamin B.
c. Menumis (Sauteing)
Teknik menumis (sauteing)
adalah teknik memasak dengan menggunakan sedikit minyak olahan dan bahan
makanan yang telah dipotong kecil atau diiris tipis yang dikerjakan dalam waktu
sebentar dan cepat, diaduk-aduk, serta ditambah sedikit cairan sehingga sedikit
berkuah/basah. Cairan yang biasa ditambahkan adalah saus, cream, dan
sejenisnya. Cairan ini dimasukkan pada saat terakhir proses pemasakan. Sebelum
menumis hendaknya potongan/irisan bahan makanan dipersiapkan terlebih dahulu.
Panaskan wajan terlebih dahulu, kemudian tuangkan minyak goreng sedikit dan
panaskan. Gunakan wajan yang besar agar potongan bahan makanan saat dimasukkan
tidak sesak sehingga memudahkan saat melakukan tumis dan dapat matang secara
merata. Agar lebih sehat, hindari penggunaan lemak jenuh. Gunakan minyak zaitun
atau minyak kanola yang mengandung minyak sehat dan membantu menurunkan kadar
kolesterol berbahaya. Selain itu, saus digunakan untuk memasak bahan makanan
yang mudah lunak dan sayuran yang masih muda.
d. Memanggang (Baking)
Memanggang (baking) adalah
pengolahan bahan makanan di dalam oven dengan panas dari segala arah tanpa
menggunakan minyak atau air.
Baking memiliki beberapa metode,
sebagai berikut.
1) Memanggang Kering.
Ketika memanggang dengan oven, bahan makanan
akan mengeluarkan uap air. Uap air ini akan membantu proses pemasakan bahan
makanan. Teknik ini biasanya digunakan untuk produk pastry dan roti, selain itu
pula digunakan untuk memasak daging, dan ikan.
2) Memanggang dalam Oven Menambah
Kelembaban
Ketika
memanggang bahan makanan, masukkan wadah berisi air yang akan mengeluarkan uap
air yang masuk ke dalam oven, menyebabkan kandungan air dalam bahan makanan
bertambah dan akan menambah kualitas makanan. Penerapan teknik dasar baking
dapat dilakukan pada berbagai bahan makanan, di antaranya kentang, roti,
sponge, cake, biskuit, ikan, dan sayuran.
3) Memanggang dalam Oven
dengan Menggunakan 2 Wadah
Wadah pertama
berisi bahan makanan, dan wadah kedua diberi air. Wadah pertama dimasukkan ke
dalam wadah kedua sehingga panas yang sampai ke bahan makanan lebih lambat.
Dengan demikian, tidak akan mengakibatkan panas yang berlebih dan dapat
mengurangi kemungkinan makanan terlalu matang. Contoh: puding karamel, hot
pudding franfrurt.
e. Membakar (Grilling)
Grilling adalah teknik mengolah
makanan di atas lempengan besi panas (gridle) atau di atas pan dadar
(teflon) yang diletakkan di atas perapian langsung. Suhu yang dibutuhkan untuk
grill sekitar 292°C. Grill juga dapat dilakukan di atas bara langsung
dengan jeruji panggang atau alat bantu lainnya. Dalam teknik ini, perlu
diberikan sedikit minyak baik pada makanan yang akan diolah maupun pada alat
yang digunakan. Jeruji ini berfungsi sebagai penahan bahan makanan yang sedang
dimasak/dipanggang. Selain itu, fungsi lainnya juga untuk membuat bagian yang
matang dan gosong berbentuk jeruji pula. Kegosongan inilah yang menjadi ciri
khas dan yang menunjukkan bahwa makanan tersebut adalah di-grilled.
Beberapa teknik di atas hanya sebagian cara dalam pengolahan makanan panas
kering. Pada umumnya cara mengolah bahan pangan banyak caranya seperti teknik
mengasap, mengintim, dan menyangrai. Perbedaan-perbedaan teknik/ cara/metode
pengolahan pangan yang ada di Nusantara maupun seluruh dunia mencerminkan
faktor-faktor sosial, ekonomi, agama, agrikultur, dan estetika yang
memengaruhinya.
D. TAHAPAN PENGOLAHAN DAN
CONTOHNYA
Ingatkah kamu apa saja tahapan pengolahan? Mengolah bahan pangan bergantung pada tujuan, metode, kebutuhan, dan kegunaan yang kita inginkan. Dalam mengolah bahan pangan, kita perlu membiasakan dengan merencanakan/ merancang proses pembuatan-nya agar memiliki nilai kebermanfaatan sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan kebutuhan. Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan adalah tahapan/proses pengolahan dalam membuat suatu olahan pangan agar dapat dihasilkan produk pengolahan yang sesuai dengan kegunaan, enak dalam rasa, tepat dalam pengolahan, memiliki nilai estetis dalam menyajian maupun kemasan, dan aman bagi kehidupan manusia. Untuk mengingatkan kembali tahapan pembuatan pengolahan yang telah kamu pelajari di semester 1, berikut disajikan bagan alur/tahapan pengolahan.
Gambar 4. alur/bagan tahapan pengolahan bahan pangan sumber. dok. kemdikbud |
Berikut ini diuraikan contoh
pengolahan bahan pangan setengah jadi dari serealia yaitu Mie Aceh.
1. MIE ACEH
a. Perencanaan
·
Identifikasi Kebutuhan
Mie aceh
dengan bumbu-bumbu hangat dan pedas, ditambah irisan daging sapi, daging
kambing atau udang sangat nikmat dimakan saat hujan atau cuaca dingin.
·
Ide/Gagasan
Membuat “Mie Aceh” sebagai
makanan sore hari, kumpul dengan keluarga di saat hujan turun tiada henti.
b. Pelaksanaan/Pembuatan
Mempersiapkan bahan dan alat yang diperlukan secara lengkap, agar
proses memasak bisa cepat.
Gambar 5. bahan mie aceh sumber: dok. kemdikbud |
·
Bahan Mie Aceh:
1)
Mie kuning dengan ukuran yang agak besar.
2)
Daging cincang secukupnya atau udang dibersihkan
dari kulitnya pada bagian kepala dan badannya, tinggalkan kulit pada bagian
buntutnya.
3)
Tomat dicuci bersih dan dipotong dadu/kecil.
4)
Tauge dibersihkan bagian buntut dan kepalanya.
5)
Daun bawang dicuci bersih dan dipotong halus.
6)
Daun seledri dicuci bersih dan dipotong halus.
7)
Bawang putih satu butir dan bawang merah 3 butir
dikupas, dicuci, dan diiris halus.
8)
Air kaldu dari rebusan tulang iga atau tetelan.
9)
Minyak secukupnya untuk menumis.
10)
Garam secukupnya untuk perasa gurih.
11)
Kecap asin secukupnya untuk perasa gurih.
·
Bahan Bumbu Mie Aceh
1)
3 siung bawang putih dan 5 siung bawang merah
dikupas dan dicuci.
2)
1 cm jahe dikupas dan dicuci.
3)
4 butir kapulaga.
4)
½ sendok teh jinten disangrai.
5)
3 butir kemiri disangrai.
6)
½ sendok teh ketumbar disangrai.
7)
½ sendok teh kunyit bubuk.
8)
1 sendok teh merica/lada putih bubuk.
9)
2 cm kayumanis.
10) 6
buah cabe merah dibuang tangkainya dan dicuci (jika ingin tidak pedas bijinya
dibuang).
11) Garam secukupnya.
Gambar 6. bahan bumbu mie aceh sumber: dok. kemdikbud |
·
Bahan Pelengkap (Acar Bawang dan Lainnya)
1)
Bawang merah dikupas dan dicuci.
2)
Cuka secukupnya.
3)
Gula secukupnya.
4)
Timun dicuci tanpa dikupas.
5)
Emping.
6) Kerupuk bawang.
Gambar 7. bahan pelengkap mie aceh sumber: dok. kemdikbud |
·
Alat yang Digunakan
1) Wajan
untuk tempat menggoreng emping, kerupuk bawang, sangrai bumbu dan mie aceh.
2) Sutil
sebagai alat menggoreng.
3) Panci
untuk merebus bumbu mie aceh yang telah diulek.
4) Cobek
untuk mengulek bumbu.
5) Talenan
dan pisau untuk memotong semua bahan-bahan yang akan dimasak.
6) Baskom
untuk wadah mengolah acar.
7) Tungku
sebagai alat yang digunakan untuk memasak dengan bahan bakar arang. Tungku
biasanya terbuat dari tanah liat atau batu bata. Memasak dengan tungku
menghasilkan aroma yang khas dan masakan lebih nikmat.
8) Piring besar untuk penyajian mie aceh, piring kecil untuk penyajian acar dan emping/krupuk, dan sendok garpu sebagai alat makan.
Gambar 8. alat yang digunakan untuk membuat mie aceh sumber: dok. kemdikbud |
·
Proses Pembuatan
Dalam membuat mie aceh ada beberapa
olahan yang dimasak satu persatu yaitu bumbu mie aceh, mie aceh, acar bawang,
dan kerupuk/emping.
Bumbu Mie Aceh
1) Ketumbar
dan jinten disangrai, kemudian lanjutkan dengan mensangrai kemiri.
2) Taruh
semua bumbu yang sudah disangrai dan bumbu yang sudah dibersihkan pada cobek.
Ulek sampai halus.
3) Bumbu
halus ditumis dengan minyak sedikit. Jika bumbu sudah matang akan lebih
berminyak.
4) Bumbu
yang sudah matang tampak lebih berminyak.
Gambar 9. tahapan pembuatan bumbu mie aceh. sumber: dok. kemdikbud |
Mie Aceh
1)
Arang di tungku dibakar terlebih dulu.
2)
Tulang atau tetelan direbus untuk diambil
kaldunya.
3)
Timun dikupas dan dipotong tipis. Jika suka,
timun boleh tidak dikupas
4)
Bawang bombay dan seledri diiris tipis sedang
5)
Bawang putih dicincang, tomat dipotong kecil,
dan daging dicacah/ dicincang.
6)
Panaskan minyak, masukkan dan tumis bawang
putih, daging cincang, dan tomat.
7)
Tambahkan udang yang sudah dibersihkan, jika
suka, dan tumislah.
8)
Masukkan bumbu ulek matang secukupnya dan
tumislah.
9)
Tambahkan kaldu secukupnya.
10) Masukkan
dengan cepat toge, mie, daun bawang, dan seledri sesuai kebutuhannya/
secukupnya.
11) Tambahkan
kecap asin dan garam secukupnya, dan aduklah semuanya secara merata.
12) Tutup
wajan selama satu-dua menit.
13) Aduk
semua bahan yang ada di wajan secara cepat dan merata.
14) Angkat
mie, pindahkan pada piring saji.
Gambar 10. tahapan memasak mie aceh sumber: dok. kemdikbud |
Acar Bawang Merah
1) Iris
bawang merah tipis-tipis sebanyak kebutuhan.
2) Masukkan
gula pada tempat bawang
3) Tambahkan
cuka secukupnya dan aduklah.
4) Aduk secara cepat agar gula tercampur rata dan bawang keluar airnya. Diamkan selama satu jam agar cuka meresap.
Gambar 11. tahapan pembuatan acar bawang merah. sumber: dok. kemdikbud |
c.
Penyajian/Pengemasan
Mie aceh disajikan di piring dengan dilengkapi acar bawang, irisan timun, irisan jeruk nipis, dan emping goreng atau kerupuk bawang. Mie aceh sangat berbeda dengan makanan sejenis mie lainnya, yaitu berbeda pada rasa bumbunya yang memiliki rasa dan aroma yang khas dan unik. Mie aceh rasanya pedaspedas nikmat, lezat, dan sangat sehat karena tidak menggunakan penyedap. Mie aceh juga dipercaya dapat menambah stamina, sekaligus dapat menyembuhkan penyakit karena bumbu mie aceh menggunakan berbagai jenis rempah-rempah dan tumbuhtumbuhan yang tumbuh di Aceh. Mie aceh tersedia dalam dua jenis yaitu mie aceh goreng dan mie aceh kuah. Acar bawang merah, mentimun iris segar, dan perasan jeruk nipis menambah kesegaran rasa dalam menikmati mie aceh. Jika kurang pedas, dapat ditambah irisan cabe rawit. Emping goreng atau kerupuk bawang akan menambah sensasi rasa dan suasana dalam menikmati makanan ini.
Gambar 12. mie aceh beserta pelengkapnya. sumber: dok. kemdikbud |
d. Evaluasi
Di akhir pembuatan pengolahan pangan Mie aceh, ujilah hasilnya dengan cara mencoba/merasakan masakanmu. Jika ada yang kurang sesuai buatlah catatan evaluasinya sebagai bahan masukkan dan bahan perbaikan nantinya.
TIPS
Berikut ini beberapa tips dalam
membuat mie aceh :
- Menghaluskan bumbu dengan memakai cobek akan makin me- munculkan aroma batu atau kayu yang ada pada cobek, serta rasa dari bumbu yang dikeluarkan akan makin terasa di lidah saat dikonsumsi. Bumbu dapat menyatu lebih bagus dan minyak dari rempah-rempah keluar sehingga membuat lembut bumbu.
- Jika tidak ada mie basah tebal dapat diganti dengan mie telor.
Keselamatan Kerja
Perhatikan Keselamatan Kerja:
- Gunakan celemek dan ikat rambutmu agar tidak ada rambut yang terjatuh pada makanan saat bekerja. Cuci tangan sebelum bekerja atau gunakan sarung tangan untuk di dapur.
- Hati-hatilah dalam bekerja, baik dalam mengunakan peralatan tajam, listrik, kompor gas/minyak tanah, maupun pecah belah.
- Kebersihan tempat kerja dan peralatan yang digunakan pada pembuatan hendaknya diperhatikan, baik saat akan mulai memasak maupun setelah selesai memasak.
- Bekerja samalah yang baik antarteman.
- Matikan kompor/tungku dengan baik saat selesai memasak.
2. ONDE-ONDE UBI BUGIS
Berikut ini akan diuraikan tahapan
pembuatan onde-onde dari bahan setengah jadi tepung ubi ungu dan tepung ketan
putih yang merupakan camilan khas masyarakat Bugis, Provinsi Sulawesi Selatan.
a. Perencanaan
·
Identifikasi Kebutuhan
Olahan pangan berupa camilan khas
masyarakat Bugis di sore hari sebagai teman minum teh dari bahan setengah jadi
dari bahan serealia berupa tepung dan juga untuk memberikan asupan gizi pada
tubuh.
·
Gagasan/Ide
Onde-onde Bugis
b.
Pelaksanaan/Pembuatan
·
Persiapan
Mempersiapkan bahan dan alat yang
diperlukan secara lengkap untuk proses pembuatan onde-onde Bugis.
Bahan:
1) 250
gram ubi ungu atau tepung ubi, 100 gram tepung ketan putih, sedikit garam, dan
air hangat secukupnya untuk pembuatan kulit onde-onde.
2) 50
gram gula merah untuk isi onde-onde.
3) 100 gram kelapa untuk dibalurkan pada onde-onde.
Gambar 13. bahan pembuatan onde-onde bugis. sumber: dok. kemdikbud |
Peralatan
yang Digunakan
1) Panci
untuk mengukus ubi ungu, membuat air hangat, dan merebus bola-bola onde-onde.
2) Baskom
untuk mencampur/menguleni ubi ungu, tepung ketan putih, air dan garam.
3) Pisau
untuk mengupas kelapa dan ubi.
4) Parutan
untuk memarut kelapa.
5) Sendok
saringan untuk mengangkat rebusan onde-onde yang sudah matang.
Gambar 14. peralatan yang digunakan untuk membuat onde-onde bugis sumber: dok. kemdikbud |
Proses Pembuatan
1) Gula
jawa dipotong kecil-kecil.
2) Kelapa
diparut menjadi serpihan kecil-kecil.
3) Rebus
air secukupnya hingga matang, lalu dinginkan hingga suam-suam kuku.
4) Ubi
ungu dikupas lalu dikukus agar vitaminnya tidak banyak hilang.
5) Dalam
keadaan panas, haluskan ubi ungu dengan sendok hingga lembut.
6) Campur
tepung ketan dengan garam sedikit saja.
7) Campur
semua ubi ungu halus dengan tepung ketan putih bergaram sampai rata. Lembutkan
dan uleni dengan memberi air suam-suam kuku sedkit demi sedikit hingga kalis.
8) Ambil
adonan sejumput, pipihkan dan isi dengan potongan gula merah dan tutup dengan
adonannya, lalu bulatkan.
9) Bulatkan
seluruh adonan hingga habis
10) Panaskan air hingga mendidih, masukkan adonan
bulatan onde-onde ke dalam air mendidih, masak hingga onde-onde matang.
11) Angkat kue onde-onde dari panci, lalu
tiriskan, kemudian sisihkan.
12) Berilah kelapa parut ,sedikit garam dan
kukuslah hingga matang.
13) Onde-onde yang sudah selesai ditiriskan selanjutnya dimasukkan dalam kukusan kelapa parut. Onde-onde Bugis siap disajikan.
Gambar 15. tahapan pembuatan onde-onde bugis. sumber: dok. kemdikbud |
c.
Penyajian/Pengemasan
Sajikan kue onde-onde ubi ungu tepung ketan dengan piring saji yang cantik.
Gambar 16. onde-onde bugis sumber: liputan6.com |
d. Evaluasi
Renungkan dan tuliskan pada selembar
kertas!
Pada akhir pengolahan pangan kue onde-onde Bugis (Sulawesi Selatan), ujilah hasilnya dengan cara mencoba/merasakan masakanmu. Jika ada yang kurang sesuai, buatlah catatan evaluasinya sebagai bahan masukan dan bahan perbaikan nantinya.
TIPS
Berikut ini beberapa tips dalam
membuat onde-onde:
- Agar kelapa parut harum, kukuslah dengan daun pandan.
- Kue onde-onde juga dapat dibuat dengan tepung beras dan umbi-umbi lainnya, misalnya singkong dan talas sebagai adonan.
E. PENYAJIAN
DAN PENGEMASAN
Dalam menyajikan suatu hidangan atau
olahan pangan hendaknya memberikan penampilan yang menarik sehingga dapat
menggugah selera bagi yang melihatnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menyajikan penampilan olahan pangan sebagai berikut:
1. Kombinasi Warna
Dalam tata saji, warna merupakan
faktor penting yang harus diperhatikan. Padu-padan warna yang indah merupakan
salah satu faktor yang menjadi nilai jual suatu hidangan. Kombinasi warna yang
buruk dapat merusak selera makan secara keseluruhan.
2. Bentuk, Tekstur, dan
Kekentalan
Bentuk suatu hidangan dapat
diciptakan dari pemotongan bahan pangan. Bahan pangan dapat dipotong dadu,
memanjang, dirajang secara kasar atau halus, dibentuk lonjong, bunga atau
bintang. Bentuk-bentuk yang menarik mata saat memandang akan dapat meningkatkan
selera makan. Demikian halnya pada tekstur olahan pangan penting untuk
diperhatikan. Tekstur olahan pangan dirasakan saat di dalam mulut, apakah
teksturnya lunak, kenyal, kasar, kental atau halus. Adapun yang dimaksud dengan
kekentalan adalah dalam satu paket menu hendaknya memperhatikan kombinasi
tingkat kekentalan hidangan yang berbeda. Misalnya, jangan semua serba berkuah
atau serba kering.
3. Rasa dan Suhu
Dalam penyajian satu menu hendaknya
kita juga perlu mengombinasikan rasa-rasa dasar seperti, rasa asin, rasa manis,
rasa pedas, rasa gurih, rasa pahit, dan rasa asam, maupun rasa yang sangat
berbumbu. Suhu dari olahan pangan yang dihidangkan juga perlu diperhatikan. Ada
olahan pangan yang enak dihidangkan saat panas ada juga yang cocok dalam
kondisi dingin. Misalnya, soto atau sop sebaiknya dihidangkan panas-panas,
sedangkan makanan penutup seperti es krim atau puding hendaknya dihidangkan
dingin.
4. Alat Saji Makanan
Alat saji khas Indonesia sangatlah
banyak. Hal ini sudah kamu pelajari di semester 1. Ada alat saji tradisional
dan modern. Alat saji tradisional misalnya dengan wadah rotan dengan dialasi
daun pisang. Alat saji modern dapat berupa piring khusus untuk menu hidangan
utama, sup, maupun piring kecil untuk makanan penutup yang dilengkapi sendok
dan garpu yang sesuai.
5. Hiasan/Garnis
Hiasan atau garnis merupakan
penunjang penampilan pada olahan pangan yang dihidangkan. Hiasan ini dapat
memberikan aksen warna yang mengugah selera, bentuk yang bermacam-macam maupun
tata saji yang menarik.
6. Penyajian
Dalam menyajikan suatu hidangan pada
piring hendaknya memperhatikan semua hal yang perlu ditampilkan seperti yang
disebutkan di atas yaitu kombinasi warna, bentuk, tekstur dan kekentalan, rasa
dan suhu serta penggunaan alat saji. Tidak lupa faktor yang sangat penting
diperhatikan adalah kebersihan atau higienisnya suatu hidangan. Hidangan yang
tidak bersih akan langsung merusak selera makan seseorang. Suatu hidangan juga
dapat disajikan dalam sebuah kemasan. Dalam menyajikan suatu hidangan dengan
menggunakan kemasan harus juga memperhatikan penampilan yang telah disebutkan
di atas. Berikut ini contoh kemasan dengan menggunakan bahan daun pandan untuk
kue-kue bentuk kecil. Perhatikan langkah-langkah pembuatannya.
Proses pembuatan
kemasan menggunakan bahan daun pandan sebagai berikut:
1. Siapkan
daun pandan dan potong daun pandan berbentuk empat persegi panjang dengan
ukuran sesuai dengan kebutuhan ukuran kue. Siapkan juga dua lidi ukuran 3 cm
untuk menyambungkan antarlipatan daun. Gunting sisi kiri dan kanan sebesar 2
cm.
2. Lipatlah
sisi kiri daun dengan rapi.
3. Ikat
lipatan tadi dengan lidi. Lakukan hal yang sama pada sisi kanan.
4. Hasil
akhir kemasan daun pandan untuk wadah kue kecil-kecil.
Gambar 16. contoh kemasan dari daun pandan sumber: dok. kemdikbud |
Gambar 17. contoh laporan praktik pengolahan bahan pangan setengah jadi dari serealia, kacang-kacangan, dan umbi menjadi makanan khas daerah setempat sumber: dok. pribadi |
Demikianlah ulasan mengenai "Pengolahan Bahan Pangan Setengah Jadi dari Serealia, Kacang-Kacangan, dan Umbi Menjadi Makanan Khas Daerah Setempat". Semoga postingan ini bermanfaat dan sampai jumpa di postingan-postingan lainnya..
NB: Postingan ini disalin dari buku pelajaran sekolah yang bertujuan sebagai alternatif sumber belajar bagi siswa yang sedang menjalani belajar dari rumah (PJJ) di masa pandemi covid-19, terutama bagi siswa yang kondisi gawai (hp)nya tidak mampu mengakses dokumen berbentuk pdf/ powerpoint/ video youtube.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.youtube.com/watch?v=u1DSHjJ0InA
Suci Paresti, dkk. 2017. Prakarya untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester 2 (Cetakan ke-2, Edisi Revisi). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Comments
Post a Comment